Laman

Selasa, 27 Juli 2010

Filsafat Phytagoras

FILSAFAT PYTHAGORAS
(IMORTALITAS JIWA DAN NUMERIOLOGI SEMESTA)

1. Pengantar
Sejak awal mula, manusia selalu bertanya tentang asal muasal kehidupannya. Para pemikir kuno (phusikoi) yang diwakili oleh para pemikir prasokratik telah berusaha untuk menemukan apa sebenarnya substansi pertama yang menjadi asal segala sesuatu di alam semesta ini. Substansi ini oleh para ‘filsuf’ prasokratik dinamakan sebagai phusis . Banyak filsuf menuangkan gagasan serta argumennya masing-masing tentang phusis yang mereka ajukan untuk menjawab misteri asal-usul semesta ini.
Salah seorang filsuf besar prasokratik yang juga berusaha menyatakan substansi alam semesta ini adalah Pythagoras. Meskipun tidak ada peninggalan sumber tertulis, ajaran Pythagoras sangat mempengaruhi dunia filsafat barat dan dunia pada umumnya. Bahkan nama Pythagoras sendiri sudah sangat dikenal oleh semua orang khususnya bagi yang pernah belajar ilmu matematika. Sumber-sumber mengenai ajaran beliau banyak diceritakan oleh filsuf-filsuf di kemudian hari. Secara umum, Pythagoras mengemukakan ajaran tentang imortalitas jiwa dan numeriologi semesta.


2. Sekilas Tentang Riwayat Hidup Pythagoras
Pythagoras lahir di Pulau Samos yang termasuk daerah Ionia (wilayah Asia Minor atau sekarang di wilayah negara Turki bagian barat). Tanggal persis kelahirannya tidak diketahui. Ada kalangan yang mengatakan bahwa ia adalah anak seorang warga terkemuka bernama Mnesarchos; ada pula yang mengatakan bahwa ia adalah anak Dewa Apollo . Sekitar tahun 530 SM, ia berpindah ke kota Kroton, Italia Selatan bersama-sama dengan para pengikutnya. Berdasarkan kesaksian Aristoxenos (seorang murid Aristoteles), perpindahan ini disebabkan oleh ketidaksetujuan Pythagoras terhadap pemerintahan tyranos Polykrates. Diperkirakan, banyak karya-karya Pythagoras yang musnah saat ia dan para pangikutnya diusir. Di Kroton, Pythagoras menetap selama 20 tahun dan bersama para pengikutnya ia membentuk sebuah ordo atau tarekat keagamaan. Masa-masa akhir hidupnya, ia bersama para pengikutnya berpindah ke kota Metapontion karena alasan-alasan poilitik dan meninggal dunia di kota itu juga.

3. Tarekat Pythagorean
Salah satu kekhasan Pythagoras dalam dunia filsafat barat adalah ia mendirikan sebuah tarekat atau ordo religius dan dikenal dengan sebutan Kaum Pythagorean. Mereka sangat menghormati Dewa Apollo. Bagi para pengikutnya, Pythagoras dianggap sebagai putera Dewa Apollo. Hal ini tampak dari kewibawaan Pythagoras dan respek yang diberikan oleh pengikutnya terutama dengan semboyan khas tarekat yakni autos epha (Ia sendiri (Pythagoras) telah mengatakan begitu).
Tarekat ini bersifat umum dan terbuka bagi siapa saja yang ingin bergabung. Mereka yang yang ingin menjadi anggota harus melewati tahap percobaan. Kemudian, calon anggota yang baru menjalani latihan selama 3 tahun. Setelah melewati masa latihan, mereka harus melewati satu tahap lagi selama 5 tahun. Dalam tahap ini, para anggota terus belajar dan diam-diam menjadikan milik kepunyaannya sebagai milik tarekat. Apabila semua tahap sudah dilewati dengan baik maka seseorang sudah resmi menjadi anggota tarekat.
Tarekat Pythagorean adalah suatu aliran kebatinan. Menurut kesaksian Diogenes Laertios (abad ke-3 SM), di waktu malam semua anggota tarekat menjalani pemeriksaan batin tentang tingkah lakunya pada hari yang lalu . Pengetahuan (filsafat) bagi mereka hanyalah sebuah jalan kehidupan (a way of life) agar dibebaskan dari lingkaran perpindahan jiwa yang terus menerus. Mereka sangat memegang teguh prinsip eksoterisme, artinya ajaran-ajaran yang diajarkan Pythagoras tidak untuk dipublikasikan melainkan hanya untuk kehidupan mereka sendiri.
Setelah Pythagoras meninggal, para pengikutnya diusir dari Kroton dan mulai tinggal di kota Thebai dan Phileios di daratan Yunani. Alasan ketertutupan dan kerahasianannya mengakibatkan informasi tentang keberlangsungan tarekat ini tidak diketahui. Pada akhir abad ke-4 keaktifan kaum Pythagorean tidak terdengar lagi.

4. Ajaran-Ajaran Pythagoras
4.1 Imortalitas Jiwa
Xenophanes pernah memberikan kesaksian seperti ini: Suatu hari, ketika Pythagoras melewati seorang yang sedang memukul anjingnya, ia berbelaskasihan dan mengatakan hal ini: “Hentikan, jangan pukul binatang malang ini, karena jiwanya adalah jiwa sahabatku. Aku mengenalinya dari suaranya.” Pythagoras berpandangan bahwa jiwa makhluk hidup bersifat immortal (tidak akan pernah binasa atau bersifat abadi). Bila seorang manusia mati, jiwanya tidak ikut mati atau binasa melainkan akan bertransfigurasi (metemorphethe atau metamorpheo) ke dalam makhluk hidup lainnya entah ke dalam tumbuhan maupun hewan. Pythagoras juga mengajarkan bahwa semua makhluk hidup harus dipandang berasal dari jenis atau spesies yang sama meskipun dalam kenyataannya jenis makhluk hidup itu sendiri beraneka ragam.
Selain hanya sekadar perpindahan jiwa, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa menurut Pythagoras jiwa yang berpindah ke lain tubuh ini disebabkan oleh adanya hukuman. Maka, seseorang memerlukan katharsis (penyucian) ketika masih hidup agar ia dibebaskan dari belenggu tubuh dan jiwanya mendapat kebahagiaan saat ajal tiba. Kalau tidak menyucikan dirinya, maka jiwa seseorang akan berpindah ke kehidupan lain.
4.2 Reinkarnasi Jiwa
Pythagoras juga berpandangan bahwa semua yang pernah ada sekarang ini akan ada kembali (reinkarnasi jiwa) dan dalam keadaan yang tidak berubah atau berbeda dari keadaan sekarang. Segala sesuatunya akan sama persis dengan sekarang termasuk juga dengan waktu. Bila sekarang ini saya sedang sibuk mengerjakan tugas makalah tentang seorang tokoh filsafat Yunani Klasik, maka pada satu saat nanti saya akan mengalami peristiwa ini lagi yang persis sama. Dengan kata lain saya akan hidup kembali dengan alur kehidupan dan waktu yang sama persis dengan yang sekarang.

4.3 Numeriologi Semesta
Nama Phythagoras sudah tidak asing lagi dalam dunia ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pasti. Pythagoras berpendapat bahwa segala sesuatu adalah bilangan-bilangan. Betapa pun luasnya semesta ini, unsur-unsur dan setiap perubahan di dalamnya dapat ditentukan dengan satuan-satuan bilangan. Sebagai percobaan, Pythagoras menggunakan dawai mono chord (memiliki satu dawai saja). Setiap perubahan panjang senar dengan perbandingan yang tetap (1:2; 2:3; dan 3:4) akan menghasilkan nada yang berbeda untuk setiap perbandingan namun kedengarannya sangat harmonis. Keempat bilangan (1,2,3,dan 4) disebut tetraktys dan dianggap ‘suci’ oleh kaum Pythagorean. Menurut mereka, setiap perubahan di alam semesta ini dapat dicocokan dengan kategori-kategori matematis. Suara dawai dengan ukuran tertentu dapat dikatakan dalam bilangan. Setiap perubahan yang terjadi di alam semesta ini dapat dinyatakan dengan bilangan-bilangan. Numeriologi Pythagoras ini turut memengaruhi berbagai spekulasi dalam filasafat di kemudian hari, terutama dalam Platonisme dan Neo-Platonisme.

4.4 Kosmologi
Dalam pemikirannya tentang kosmos, Pythagoras menyatakan bahwa semua unsur penyusunnya terdiri dari prinsip-prinsip yang sangat harmonis tetapi saling berlawanan. Menurut kesaksian Aristoteles, ada 10 prinsip dalam tarekat Pythagorean yang disusun dalam dua lajur.
Terbatas : Tak Terbatas
Ganjil : Genap
Satu : Banyak
Kanan : Kiri
Laki-laki: Perempuan
Diam : Gerak
Lurus : Bengkok
Terang : Gelap
Baik : Jahat
Persegi : Empat persegi panjang

5. Komentar Pribadi tentang Pythagoras
Ajaran tentang jiwa dari Pythagoras sangat menarik perhatian saya. Pertama, pemahaman tentang jiwa ala Pythagoras lahir dari suatu pemeriksaan batin yang mendalam dan khatarsis yang teratur. Ini tampak dalam tata hidup komunitas yang didirikannya. Bagi saya, pemeriksaan batin sangat membantu orang untuk masuk ke kedalaman hati dan memencari makna kehidupan dan keberadaan dirinya di dunia ini. Dengan penyucian diri, seseorang terus menerus membersihkan dirinya dari segala kesalahannya.
Kedua, Pythagoras setidak-tidaknya telah mengajarkan nilai moral yang besar dalam hal menghargai kehidupan. Sebagai ilmu (filsafat), pandangannya masih dapat diperdebatkan. Namun, nilai penghargaannya terhadap kehidupan makhluk hidup lain patut direfleksikan oleh semua orang. Makhluk hidup lain adalah saudara bagi kita yang sama-sama menikmati kehidupan dunia ini. Bila demikian, kelestarian alam akan terpelihara sebagaimana kita menghargai kehidupan saudara kita. Ada kesaksian menarik yang melukiskan bahwa Pythagoras mempunyai kemiripan sikap dengan St. Fransiskus dari Asisi yang dapat berbicara dengan binatang-binatang.
Ketiga, saya menduga bahwa pandangan tentang reinkarnasi jiwa dari Pythagoras berawal dari pengalaman de javu dalam hidupnya. Mungkin Pythagoras melihat bahwa apa yang sedang dikerjakannya seolah-olah pernah dikerjakannya di kehidupan lain. Namun, ini hanya sebuah kemungkinan yang menarik perhatian saya tentang filsafat Pythagoras. Semoga kemungkinan ini dapat dipecahkan, entah salah atau benar, dalam studi filasafat saya selanjutnya.

6. Penutup
Tokoh filsafat besar seperti Pythagoras sangat memengaruhi dunia filsafat pada umumnya. Anehnya, tidak ada satu peninggalan tertulis pun dari zaman beliau yang masih tertinggal. Oleh karena itu, kita dapat memprediksikan bahwa betapa besarnya nama dan pemikiran Pythagoras sehingga pkok-pokok ajarannnya masih bertahan sampai sekarang. Pandangannya tentang jiwa dan bilangan merupakan pokok bahasan yang terus mengasah pemikiran para filsuf sepanjang zaman. Istilah philosophia, yang konon berasal dari beliau sendiri, mungkin ingin menegaskan kepada semua manusia bahwa filsafat (ilmu pengetahuan) jangan terbatas pada sesuatu yang ilmiah saja melainkan harus dapat membawa kebijaksanaan sebagai a way of life.



DAFTAR PUSTAKA
Bertens, Kees. Sejarah Filsafat Yunani (edisi revisi). Yogyakarta: Kanisius. 1999.
Driyarkara, N. Karya Lengkap Driyarkara. Jakarta: Gramedia. 2006.
Hardiwiyono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat Cet. I. Yogyakarta: Kanisius. 1980.
Hasan, Fuad. Pengatar Filsafat Barat Cet. I . Jakarta: Pustaka Jaya. 1996.
Russell, Betrand. Sejarah Filsafat Barat (Terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007
Wibowo, A. Setyo. Para Pemikir Alam (phusikoi) Pra-Sokratik (diktat). STF Driyarkara, Jakarta. 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar