The Will of Power
(yornes_ofm)
1. Pengantar(yornes_ofm)

Dalam melihat realitas di sekitarnya, Frederich Wilhelm Nietzsche (1844—1900) sangsi bahwa ada suatu daya yang mendorong dan selalu menjadi latar belakang setiap tindakan manusia. Dunia atau alam pikiran yang paradoksal (kritis-modern dengan ingin kembali menggali kejayaan masa lalu) adalah konteks kehidupan Nietzsche. Alam pikiran tradisional (mitos) menjadi lawan sengit sekularisasi, rasionalisasi, dan demitologisasi; tetapi, di tengah konteks kehidupan seperti itu, makin banyak orang merefleksikan diri bahwa ada daya yang telah melahirkan ‘kejayaan/kekayaan’ besar di masa lalu (diwakili kebudayan Yunani Klasik), yang harus digali oleh manusia sekarang. Dorongan atau daya penggerak segala tindakan manusia yang telah dimulai di kebudayaan Yunani Klasik (khususnya zaman pra-Sokratik) ini menarik perhatian Nietzsche. Dia yakin daya atau kekuatan itu sudah dibatinkan dalam diri manusia untuk berada dan hidup serta menciptakan suatu tata kehidupan. Ada sesuatu yang membentuk realitas secara aktif. Tampaknya, Nietszche melontarkan salah satu pertanyaan mendasar: apa yang menggerakan manusia untuk berprilaku? Nietzsche yakin, ada daya yang tersembunyi dibalik semua ini. Bertolak dari gagasan Schopenhauer, daya itu dinamakannya ”Kehendak-untuk-Berkuasa” (The Will of Power atau der Wille zur Macht). Dalam buah karyanya seperti Beyond Good and Evil (1886), The Genealogy of Morals (1887), dan bukunya yang belum rampung, The Will of Power, Nietzsche menyatakan bahwa Kehendak-untuk-Berkuasa adalah hakikat dari dunia, hidup, dan ada. Ia adalah hakikat dari segala realitas, dari segala-galanya. Meskipun demikian, dalam ketiga karyanya itu, ia tidak memberikan batasan arti atau ”apa itu...?”(whatness) atau hakikat dari Kehendak-untuk-Berkuasa itu sendiri. Baiklah dalam tulisan ini, saya akan mencoba mengulas kira-kira Kehendak-untuk-Berkuasa macam apakah yang dimaksudkan Nietszche itu.
2. Titik Tolak Pemikiran: Sumbangan Schopenhauer dan Pemikiran Yunani KlasikNietzsche berusia 21 tahun saat ia mulai tertarik dengan karya-karya Schopenhauer.