
ak ada arah yang jelas. Semua serba tidak pasti. Bahkan, aku merasa hidup ini begitu absurd.
Aku mulai memberanikan diri menatap langit. Walau gelap tanpa matahari, harapku semoga semua terjawab. Aku bertanya: mengapa tak Kau tampakan wajahMu hingga aku lekas mengerti dan paham. Ah, Tomas! Awan berlalu dan semuanya tetap gelap. Bayanganku mulai hilang ditelan senja yang meredupkan pandanganku. Kucoba mengukir lekuk-lekuknya, tapi sia-sia.
Terlalu naif bila kuungkapkan semua. Mengapa? Tak ada yang pasti. Tak ada petunjuk yang menguatkanku bahwa Engkau ada bersamaku. Aku berusaha hingga tetesan keringat membasahi katub jantungku. Aku berlari mencoba memberi rangsangan. Sia-sia... Awan gelap itu terlampau kuat. Bahkan, gelap malam pun merapat. Pekat, hingga akhirnya mataku buta meski terbelalak.
ah Tuhan, sekiranya Engkau mengasihi kami, biarlah semua piala ini berlalu dalam kepastian! Aku berseru padaMu sekian ribu kali, mengapa tak sejenakpun Kau palingkan wajahMu. Ataukah, Engkau sudah meninggalkan kami sendirian di sini?
Kini, kujumpai ragaku dan jiwaku merana tak tentu arah. Aku sedang memandang Engkau yang terus menjauh? Ah, sekiranya memang demikian, biarlah aku bebas memutuskan: kucari jalan lain saja! Masakan aku mengikuti suara yang semakin menghilang?
Namun, jika demikian, apakah aku lantas mendapat kepastian baru? Tidak. Di sini aku sendiri. Sendirian. Tak ada orang. Yang ada hanya awan kelam tanpa empunya. Di manakah saudara-saudariku? Mereka tidak menghilang, namun sedang bersamaku dalam kehidupan yang sama. Mereka memandang Dia yang pasti, yang menggenggam erat tangan mereka. Aku??? Aku sendirian dalam kesepian yang tak terkatakan. Aku merasa ditinggalkan oleh pemilikku.
Kejamnya dunia ini membangkitkan rasa putus asa. Aku putus asa. Mengapa semuanya absurd? mengapa ada situasi batas? mengapa ada jawaban yang misteri? mengapa aku terombang-ambing? mengapa aku sendiri? Mengapa mereka nyaman denganNya, sedang aku merana ditinggalkan?
Jika rangkaian kata ini tertangkap oleh perhatianmu, biarlah ia berlalu begitu saja. Ini hanyalah rekaman yang tertangkap oleh jari2ku atas beragam jalinan pikiran yang akhir2 ini merasuki eksistensiku...bahkan memenjarakanku.
Mungkin benar pertanyaan saudara ku yang telah 'pergi' kemarin: kapan kau berani keluar dr lingkaran itu?
Oh,,jawaban..lekaslah engkau datang_